Senin, 17 September 2007

artikel wajib 3: boeing gets going

Punya Dion:
dalam satu kalimat:

Boeing kembali memimpin pasar duopoly manufaktur pesawat terbang (mengalahkan Airbus) karena mendengarkan permintaan pelanggan terhadap pesawat yang lebih efisien, memperbesar kerjasama dengan perusahaan lain dalam memproduksi pesawat (70% dari bagian pesawat serta perakitan) dan pengembangan teknologi berkelanjutan pada pesawat.

dalam enam kalimat:

Setelah meninggalkan rencana membuat pesawat berkecepatan tinggi (dengan biaya tinggi) karena mendengarkan permintaan pelanggannya (perusahaan penerbangan), kini Boeing kembali memimpin pasar produksi pesawat terbang dengan pesawat jenis terbarunya, 787, yang efisien. Pembuatan jenis 787 juga memberi perubahan menyeluruh pada Boeing pada aspek sistem manufaktur yaitu dengan menyerahkan produksi 70% dari seluruh bagian pesawat kepada 17 perusahaan dari 10 negara yang menjadi mitra Boeing serta menyerahkan perakitan pada perusahaan New Breed Logistics sehingga keceptana produksi dan kualitas produk meningkat (karena perusahaan mitra bisa memasukkan inovasi hasil pikiran mereka). Secara teknis, poin yang menjadi titik penjualan adalah penggunaan komposit serat-karbon yang membuat pesawat menjadi lebih ringan (dan memakan lebih sedikit bahan bakar), mengubah sistem penggabungan, mengaktifkan kembali program perawatan, pemeriksaan interior kabin, dan menambah performa aerodinamis (pengadaan serat karbon bekerja sama dengan perusahaan Toray Industries dari Jepang). Persaingan duopoly dengan Airbus masih ketat karena Airbus akan mengeluarkan pesawat yang lebih besar, efisien dan berteknologi tinggi di tahun 2013 –yang dijawab Boeing dengan 3 keunggulan Boeing: pembuatan pesawat 787-10 yang lebih besar dan berteknologi 5 tahun lebih maju dari Airbus, kesetiaan pelanggan dan kemudahan pelanggan membeli pesawat karena ada pilihan mesin yang lebih murah. Jadwal pengeluaran model baru juga menguntungkan Boeing karena strategi Boeing yang memberi jarak 2-3 tahun untuk tiap model pesawat (Airbus hanya 1 tahun) membuat Boeing bisa melakukan evaluasi yang lebih menyeluruh. Penggunaan banyak sumber daya pada pesawat Airbus yang besar juga menguntungkan Boeing karena kecepatan produksi pesawat dan harga pesawat Boeing yang lebih murah menyebabkan pelanggan jadi untung dan mempunyai mood membeli yang meningkat (pesawat Boeing untuk 2007 dan 2008 sudah sold-out, bahkan produksi sampai 2015 sudah mulai dipikirkan).

Punya Rama

Boeing sadar bahwa dengan mengubah kecepatan dengan efisiensi pesawatnya, mereka mampu menguasai pasar.

Dibawah tekanan Airbus yang mulai menguasai pasar, Boeing merubah taktiknya dalam memperkenalkan pesawat barunya. Langkah yang tadinya tidak dipikirkan oleh pihak Boeing akhirnya digunakan yaitu dengan mengubah kecepatan dengan efisiensi guna memperkenalkan produk baru mereka yaitu Boeing 787 Dreamliner. Boeing menjadi pilihan penumpang karena memberikan kenyamanan interior seperti jendela yang lebih besar, ruang kaki yang lebih besar untuk tiap kursi, tekanan kabin yang lebih baik serta kelembapan yang lebih baik. Dari pelajaran yang mereka miliki dari pembangunan Boeing 777, Mike Bair sebagai kepala pembuatan Boeing 787 membiarkan kreatifitas partner yang bekerja untuk kebutuhan yang sifatnya tingkat yang tinggi agar memiliki orisinilitas dari kerja sistem, kepercayaan kerja kepada partner, serta banyaknya inovasi yang memungkinkan mereka menembus batas yang mereka belum pernah capai sebelumnya. Kunci keberhasilan Boeing 787 adalah penggunaan komposisi carbon-fiber untuk meringankan beban badan pesawat sehingga bisa menghemat dan mengefisiensikan bahan bakar pesawat dan juga meningkatkan kecepatan pesawat.




punya dekari:
dalam satu kalimat:
Strategi Boeing memenangkan duopoli perusahaan pesawat dengan memperkenalkan pesawat yang memiliki kualitas efisiensi mesin lebih tinggi dari pesaingnya yang lain (pesawat Airbus), dan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan manufaktur dunia.
dalam enam kalimat:
Bermula dari hasil pemikiran bersama, Boeing menciptakan program 7E7 yang direpresentasikan dalam pesawat jet Dreamliner 787. Program ini diciptakan sebagai solusi untuk menandingi perusahaan pembuat pesawat yang lain – Airbus, dengan pesawat andalan A380 – dan mengandalkan efisiensi melebihi kecepatan. Program ini juga memperlihatkan keberanian Boeing dalam bermain resiko, dilihat dari keputusannya untuk berbagi dan menarik partner yang lebih banyak dari perusahaan-perusahaan manufaktur diseluruh dunia (seperti Kawasaki Heavy Industries of Japan dan Italy’s Alenia Vought Aircraft Industries) guna meningkatkan kualitas pesawat tersebut. Pada akhirnya, manajemen yang diperlukan Boeing pun menjadi lebih kompleks hingga melibatkan banker dan ahli finansial guna memberikan saran terkait dengan standar, konfigurasi, dan kemampuan penggantian mesin. Hal ini semakin mempertajam persaingan perusahaan pembuat pesawat yang diduopoli oleh Boeing dan Airbus, dimana Airbus kemudian memunculkan ”An Extra Wide Body” A350 yang dimaksudkan memperlihatkan kelemahan 787-8 yang dianggap terlalu kecil, dan siap dipasarkan tahun 2013. Boeing menjawab tantangan tersebut dengan mengedepankan sisi efisiensi mesin (dapat memakai dua jenis mesin, Rolls-Royce dan GE, sedangkan Airbus hanya bisa memakai Rolls Royce), sehingga lebih mudah dipasarkan dan memberikan kemudahan pelayanan langsung bagi pengguna pesawat dengan tujuan jarak menengah. Produksi pesawat ini akan berlangsung sampai tahun 2015.




Punya Lora:

Boeing, sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang, mencoba untuk memikirkan ulang pembuatan pesawat dengan penekanan efisiensi dibandingkan kecepatan-berdasarkan distribusi data yang diberikan perwakilan perusahaan penerbangan. Scott Strode, vice president Boeing, berpendapat bahwa ruang untuk peningkatan selalu tersedia namun distribusi dan sharing adalah dasar yang baik;Airbus, yang merupakan rival dari perusahaan Boeing telah lama menerapkan pendekatan sharing, tetapi menyebabkan kerugian 3 triliun dollar setelah penundaan dua tahun produksi 10.000 pesawat. Pada tahun 2000 Airbus mengumumkan A380 dengan badan yang lebar dan kecepatan yang cocok untuk bepergian antar benua; Boeing kemudian mengikutinya dengan Sonic Cruiser yang hampir mendekati kecepatan suara, namun memerlukan pengeluaran operasional dan bahan bakar yang lebih tinggi, yang kemudian disempurnakan dengan 20% efisiensi bahan bakar, dinamakan 787-“son of the Sonic Sruiser”. Mike Bair, kepala program 787, mengatakan bahwa Boeing telah membuat perubahan yang signifikan dari pendekatan sistem, avionic dan hydraulic sehingga memberikan lebih banyak tanggung jawab pada partner berpengeluaran tinggi Boeing seperti Kawasaki Heavy Industries dan Italy’s Alenia/Vought Aircraft Industries.Secara teknis, kunci penjualan Boeing adalah peggunaan komposisi carbon-fiber pada 50% berat Dreamliner-sebutan 787- yang tidak hanya mengurangi mengurangi berat pesawat-mengurangi konsumsi bahan bakar juga-tetapi juga menyediakan kesempatan bagi perubahan sistem integrasi, rework maintenance program, overhaul cabin interior dan meningkatkan performa aerodinamik; sehingga menjadikan Boeing terdepan dipersaingan-walaupun Airbus A350 akan menerapkan 50% penggunaan carbon-fiber pada tahun 2013. Pesawat Boeing telah terjual habis sebanyak 445 pada tahun ini dan 520 tahun berikutnya; Boeing telah menikmati perjalanannya menuju puncak dengan tetap berfokus pada gambaran besar perkembangan produksinya.

Satu Kalimat:
Boeing, perusahaan pembuat pesawat terbang, telah mengukuhkan dirinya diatas puncak persaingan setelah memperhatikan gambaran besar keinginan pasar perusahaan penerbangan.
Punya Fadli:

1 kalimat:

Boeing mulai bangkit dan menata perusahaannya dengan berbagai macam strategi, mulai dari mengubah sistem perakitan pesawat hingga perubahan sistem produksi, hasilnya mereka kembali mengungguli perusahaan pesaingnya, Airbus.

6 kalimat:

Perusahaan pembuat pesawat, Boeing, bangkit kembali dalam bidang kedirgantaraan dunia, Boeing menemukan apa yang salah pada perusahaan mereka, yaitu selama ini ternyata apa yang Boeing pikirkan berkebalikan dengan pasar perusahaan penerbangan karena Boeing berfikir kecepatan lebih penting daripada efisiensi —perusahaan penerbangan lebih menyukai efisiensi daripada kecepatan—, berdasarkan hal tersebut maka diluncurkanlah program baru yaitu 7E7 (kode E untuk efisiensi), selain itu Boeing juga merubah sistem perakitan pesawat dari sistem yang dikontrol penuh oleh Boeing menjadi sistem yang kooperatif dan pembagian kekuasaan yang terintegrasi. Apa yang Boeing lakukan mendapatkan hasil yang menggembirakan dibandingkan perusahaan pesaing, Airbus, keunggulan Boeing mulai dari pesanan pesawat yang melebihi Airbus (13 unit lebih banyak), profit tertinggi (1,1 miliar dollar), sampai peningkatan pada pemesanan pesawat hingga 47% (tercatat hingga 208 miliar dollar). Perubahan lain yang Boeing lakukan adalah dalam bidang produksi, dimana Boeing memberikan porsi yang besar untuk pembuatan komponen pesawat diluar perusahaan Boeing sendiri dengan level mencapai 70% (pembagian pembuatan komponen pesawat dengan melibatkan 17 perusahaan dari 10 negara) hasilnya pembuatan pesawat 787 menjadi lebih cepat (3 hari) dibandingkan pembuatan pesawat 777 (14 hari). Boeing juga melibatkan bidang lain demi kemajuan perusahaan, yaitu finansial dan bankir, kunci sukses lain pada Boeing adalah bagaimana Boeing memanfaatkan carbon-fiber composite (Boeing bekerja sama dengan pembuat carbon-fiber composite terbesar di dunia, Toray Industries, Tokyo, Jepang) sebagai bahan pembuatan pesawatnya, dengan penggunaan carbon-fiber composite ini membuat pesawat menjadi lebih ringan dan mengurangi konsumsi bahan bakar. Persaingan bisnis antara Boeing dengan Airbus semakin ketat, produk-produk yang mereka keluarkan pun tidak jauh berbeda satu sama lain, sebagai contoh Airbus membuat A 350 dengan teknologi yang lebih maju, penggunaan bahan bakar yang lebih efisien kemudian Boeing mengeluarkan juga pesawat sejenis dengan kode 787-10 untuk menyaingi produk Airbus tersebut. Strategi lain Boeing dalam menghadapi Airbus adalah mempermudah pembelian 787, memberikan pilihan perusahaan penerbangan dengan dua macam mesin (GE dan Rolls-Royce), dan jarak waktu yang cukup untuk pengembangan pesawat baru (2 sampai 3 tahun sebelum pesawat jenis baru diluncurkan), sementara di pihak lain Airbus masih berkutat dengan masalah penundaan pengiriman pesawat dan biaya yang tinggi dalam pembuatan pesawat.

Tidak ada komentar: